IndonesiaEnglish mech@eng.ui.ac.id +62 21 7270032
IndonesiaEnglish mech@eng.ui.ac.id +62 21 7270032

Sistem Pendingin Panas Matahari, Inovasi Energi Matahari

Prof.Dr. Ir. M. Idrus Alhamid
mamak@eng.ui.ac.id

Pendidikan
1978 – Mechanical Engineering, Universitas Indonesia
1989 – Mechanical Engineering, K.U. Leuven, Belgium

Sistem Pendingin Panas Matahari, Inovasi Energi Matahari

Dalam kajian akademis, energi matahari dapat digunakan sebagai sumber listrik atau panas. Namun seiring dengan kemajuan teknologi, energi surya kini sudah dapat digunakan pada sistem pendingin.

Sistem Pendingin Termal Tenaga Surya

Solar Thermal Cooling System (STCS) adalah sistem pendingin yang menggunakan energi panas dari sinar matahari, gas, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seluruh energi yang digunakan pada sistem pendingin panas matahari di Universitas Indonesia. Sistem ini bersama-sama menggunakan tiga jenis energi matahari, gas, dan listrik. Mereka menyediakan kapasitas pendinginan yang telah dipasang di Gedung Manufacturing Research Center (MRC) Universitas Indonesia.

Ekonomis dan Bermanfaat

Ada beberapa manfaat STCS dalam mengurangi CO2 dan polusi udara serta lebih menghemat energi listrik pada sebuah AC. Misalnya, sistem yang ada di Gedung Pusat Penelitian Manufaktur FTUI menggunakan kapasitas pendinginan 280 kW tetapi hanya mengkonsumsi daya listrik 20 kW dengan energi gas dan matahari. Namun, sistem pendingin udara yang menggunakan kompresor konvensional membutuhkan daya listrik 70 kW. Oleh karena itu, dapat menghemat lebih dari 40 ton emisi CO2 dalam setahun. Data menunjukkan bahwa penggunaan STCS terbukti mengurangi konsumsi listrik dan cocok di tempat dengan sinar matahari berlimpah seperti Indonesia.

Cara Kerja

Pendingin penyerapan air/LiBr efek tunggal/ganda adalah komponen utama STCS untuk menyediakan air dingin dan membuatnya bersirkulasi antara sistem dan gedung MRC. Dalam sistem ini, panas dari energi matahari diserap oleh kolektor surya tabung yang dievakuasi; kemudian memanaskan air hingga 75-95 °C yang digunakan, bersama dengan Compressed Natural Gas (CNG), di dalam chiller absorpsi.

Mengutip:

Solar Thermal Cooling System merupakan sistem pertama yang dibangun di Indonesia. Inovasi yang berkualitas ini harus kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”

– Prof.Dr. Ir. M.Idrus Alhamid