“Hidrokarbon secara alami melimpah di Indonesia. Oleh karena itu, kita bisa mendapatkan keuntungan dari refrigeran yang potensinya masih sangat besar. Namun, batasan dalam bangunan dalam ruangan berlaku karena persyaratan keamanan.
Ardiyansyah, S.T., M.Eng., Ph.D.
Salah satu fokus penelitiannya adalah refrigeran alami untuk pendingin ramah lingkungan. Seperti yang kita pahami, isu perubahan iklim semakin meluas. Peningkatan suhu global adalah beberapa indikator perubahan iklim yang terjadi karena lebih banyak gas rumah kaca berdampak negatif terhadap lingkungan. Gas rumah kaca dihasilkan dari refrigeran konvensional yang dipancarkan ke atmosfer sebagai akibat dari meningkatnya ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Refrigeran Alternatif
Hidrokarbon sebagai refrigeran alami tersedia dalam jumlah banyak. Selain itu, mereka tidak melubangi ozon dan ramah lingkungan, tanpa Potensi Penipisan Ozon (ODP) dan Potensi Pemanasan Global (GWP) yang sangat rendah. Penelitian masih dilakukan tentang kekurangan hidrokarbon yang mudah terbakar; Oleh karena itu, pengetahuan masyarakat dalam memahami karakteristiknya sangat dibutuhkan.
Langkah Aman untuk Kenyamanan
Untuk dapat mengurangi efek buruk dari refrigeran konvensional, masyarakat mulai menggeser teknik pendinginannya ke arah refrigeran alami yang tersedia di alam dalam jumlah yang banyak. Selain itu, mereka tidak berpotensi menembus ozon. Lebih penting lagi, mereka hampir tidak memiliki efek negatif pada pemanasan global. Misalnya, GWP refrigeran R22 konvensional yang digunakan di gedung atau bangunan tempat tinggal adalah 2000. Artinya, zat tersebut 2000 kali lebih berbahaya daripada CO2. Di sisi lain, GWP hidrokarbon hanya 3. Rasionya adalah 3:2000. Oleh karena itu, jauh lebih rendah daripada refrigeran konvensional, sekitar seperlima ratus. Amoniak, CO2, dan H2O merupakan refrigeran alami lainnya yang memiliki karakteristik lebih kompleks dan belum umum digunakan. Misalnya, refrigeran hidrokarbon memiliki kekurangan karena sifatnya yang mudah terbakar. Publik prihatin dengan mereka. Dalam penggunaan sehari-hari, zat ini juga terkandung dalam bahan bakar gas, seperti LPG. Namun, karena masyarakat lebih mengenal LPG yang digunakan sebagai bahan bakar memasak, mereka cenderung menggunakannya untuk memasak. Oleh karena itu, sangat penting untuk melatih teknisi dalam kapasitas pemasangan mereka.
Apresiasi dan Kompetensi
Potensi penggunaan refrigeran alami di masa depan sangat menjanjikan. Selain itu juga didukung oleh civitas akademika yang memberikan pengetahuan yang lebih aplikatif kepada masyarakat. Lebih penting lagi, pemerintah harus meningkatkan kompetensi operator melalui Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, dengan sejumlah daftar kompetensi yang harus dimiliki seorang teknisi. Selain perlunya peningkatan kinerja para teknisi, masyarakat juga diharapkan mengapresiasi pekerjaan para pemasang agar tercipta sinergi di antara mereka.
Grup Riset SBETS UI
Dipimpin oleh beliau, SBETS UI (Sustainable Building and Environmental Thermal System) Universitas Indonesia merupakan suatu grup riset yang berfokus pada teknologi-teknologi yang berkaitan dengan bangunan, berkenaan dengan proses-proses fisis yang mempengaruhi konsumsi energi, panas lingkungan, dan kualitas udara pada sustainable building. Grup riset tersebut telah mengembangkan testing chamber sistem pengondisi udara, simulasi aliran udara dengan menggunakan CFD, monitoring kualitas udara di dalam ruangan dan strategi pengontrolannya, dan juga menginvestigasi resiko-resiko pada sistem HVAC suatu bangunan. Untuk memperluas pemahaman khalayak umum mengenai sustainable building dan juga memperkenalkan riset-riset beliau dan timnya, informasi mengenai SBETS UI oleh beliau dan timnya ditautkan pada laman di bawah ini:
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Kampus UI Depok 16424, Indonesia
mesin@eng.ui.ac.id
+62-21-7270032
Jam Operasional : 09.00-16.00 WIB (Senin-Jumat)
Student's Link